Daily Archives: 18 February 2011

Merencanakan Prestasi ala China



Oleh: H. Awhan Satriyo, SE, MM
Ketua Umum Pengkab PTMSI Sukoharjo/
Pembina PTM Mitra Kusuma Sukoharjo

ADA pameo: “Sangat sulit mengalahkan USA di bola basket, sangat sulit mengalahkan Brazil di sepakbola, dan sangat sulit mengalahkan China di tenis meja.” Pertanyaannya: mengapa?

Khusus China dengan tenis mejanya, mengapa mereka bisa memiliki pemain handal yang selalu berprestasi? Mengapa dunia bisa mereka genggam lewat tenis meja?

Jawabannya sederhana, karena China memiliki pola pembinaan yang baik ditunjang kompetisi yang baik pula serta didukung iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang mumpuni.

Disadari atau tidak, sampai sekarang di level antar negara, seakan kita hanya terperangah, mengagumi kehebatan prestasi China. Bahkan seperti tak heran, jika pemain timnas kita, pernah dipermalukan dengan angka 0 oleh pemain kelas ayam sayur mereka dalam suatu kejuaraan terbuka di Surabaya beberapa waktu lalu.

China telah mengembangkan pola pembinaan tenis meja terbaik di dunia sejak 1940an. Pada 1950an sampai sekarang menguasai kejuaraan dunia dan kompetisi tingkat dunia. Pola pembinaan yang diterapkan adalah, perekrutan pemain usia dini dimulai sejak usia 6 tahun, dengan dukungan dan dorongan orang tua sepenuhnya, dimasukkan sekolah-sekolah umum dan dari sana dilakukan penggemblengan minat dan bakat. Selepas itu mereka yang berbakat dimasukkan ke klub. Pola pembinaan di sini lebih keras dan komprehensif, meliputi latihan fisik, tehnik dan mental bertanding. Pelatih dan psikolog ataupun minimal pelatih yang dibekali ilmu psikologi pun tersedia untuk membantu membentuk kharakter pemain. Pola pembinaan diberlakukan standardisasi, sehingga pola dasar dapat dienyam masing-masing pemain dengan baik dan benar di seluruh China. Penekanan fisik, seperti penguatan otot kaki, lengan, gerakan refleks, dan ”body language” telah ditanamkan sejak awal. Pola standarisasi ini selalu dievaluasi dan disempurnakan setiap tahun oleh kementrian olahraga.

Maka tak heran, memasuki usia yunior, para talenta-talenta muda ini mulai menguasai turnamen-turnamen tingkat regional dan internasional. Pemain seperti Wang Hao, Wang Liqin, Ma Long, Zhang Jike, Ma Lin adalah penghuni peringkat 10 besar dunia dan bahkan di sektor putri pada satu generasi Liu Shiwen, Guo Yan dan Ding Ning menempati ranking 5 besar dunia ditambah Li Xiaoxia dan Guo Yue termasuk dalam 10 besar dunia, para pemain ini mulai pegang bet usia 6 tahun, memasuki usia 15-17 tahun mereka sudah masuk timnas China.

Selain itu, kompetisi juga turut membentuk kematangan bertanding atlet. Kompetisi di China diciptakan sedemikian ketatnya, seperti liga antar provinsi dan kejuaraan-kejuaraan domestik yang terselenggara secara kontinyu.

Anda bisa membayangkan di sebuah negara dengan penduduk 1,3 miliar, menurut Surat Kabar Harian Shanghai Daily, terdapat 10 juta orang bermain dalam kompetisi secara teratur. Mereka adalah pemain-pemain yang bermain dan berkompetisi secara serius pada level klub dan terbagi dalam berbagai kelompok umur. Hal ini belum termasuk yang bermain pada ”tarkam”. Stok pemain tidak akan ada habisnya.

Pemusatan latihan tim nasional merekrut 96 atlet, terdiri dari 24 atlet senior putra dan 24 atlet senior putri, 24 atlet yunior putra dan 24 atlet yunior putri. Mereka akan selalu bertanding dan dievaluasi. Mereka yang tidak berkembang akan didegradasi dan diganti dengan pemain di bawahnya. Kejuaraan ITTF Pro Tour, kejuaraan-kejuaraan terbuka, dan ajang olahraga multieven seperti Asian Games dan Olimpiade akan selalu menjadi tolok ukur.

Maka ketika pada Asian Games Guangzhou belum lama ini China tetap merajai baik pada sektor putra maupun putri, hal itu tidak membuat kita kaget. (*) dari http://www.jurnaltenismeja.com

Ketika Moral dan Etika Tak Lagi Ada


alt


—————————————————————————
Isi-Kosong Adi Pranajaya

MENJELANG final tunggal putra Tenis Meja dalam sebuah Porprov, seorang atlet yang mewakili kabupaten X menerima tawaran uang dengan nilai tertentu dari kabupaten lain agar dirinya mengalah. Dalam catatan prestasi kedua finalis, atlet dari kabupaten X tersebut diprediksi bisa mengungguli lawannya.

Selesai menerima tawaran tersebut, si atlet lalu mendatangi tim manajernya, menyampaikan penawaran yang disampaikan pihak lawan kepadanya. “Saya ditawarkan dengan nilai sekian dari tim lawan untuk mengalah. Anda berani bayar berapa saya untuk tetap saya menangkan final ini?”

Karena jawaban sang tim manajer diserahkan kepada diri si atlet, maka sudah bisa dipastikan si atlet memilih mengalah demi sejumlah uang sebagaimana yang dijanjikan. Dan, pada saat final berlangsung, hasilnya pun sudah bisa ditebak. Ya, medali emas yang seharusnya bisa menjadi miliki kabupaten X akhirnya diambi secara “memalukan” oleh kabupaten lain. Setelah itu atlet kabupaten X tadi berfoya-foya dengan uang yang sebenarnya tidak seberapa, yang diterima.

Peristiwa ini benar adanya dan belum lama terjadi. Sekali lagi, sungguh “memalukan”!

Tapi mungkin ada yang mengatakan bahwa hal seperti itu sudah biasa dan sebelumnya sering terjadi. Kalau memang demikian maka inilah permasalahan besar, secara nonteknis, yang menghambat lahirnya prestasi olahraga khususnya tenis meja kita. Permasalahan besar itu me-nyangkut moral dan etika.

Moral adalah ajaran baik dan buruk yang diterima umum menyangkut perbuatan, sikap, kewajiban dan lain sebagainya; termasuk juga didalamnya adalah akhlak, budipekerti, dan susila. Sedangkan etika, adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, termasuk juga tentang hak-kewajiban; atau bisa juga merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

Ketika moral dan etika tak lagi ada, maka jangan berharap akan muncul kebanggaan di mana hal itu sebenarnya adalah nilai yang tak akan terukur dengan berapapun banyak uang. Jangan juga berharap, secara teknis, suatu prestasi terhormat yang muncul dari persaingan yang dilakukan dengan fokus lewat kompetisi dengan tingkat kesetaraan yang sama. Apalagi kemudian, berharap akan adanya komitmen.

Bangsa besar adalah bangsa yang hidup dengan mengutamakan nilai; nilai yang dijadikan dasar untuk meraih kebanggaan; nilai yang tentunya juga didasarkan pada adanya moral, etika, dan termasuk juga disiplin yang tinggi.

Karenanya siapapun kita, penting untuk mengedepankan nilai sebagai salah satu bentuk komitmen dalam turut mendorong bangsa kita tercinta ini memiliki kebanggaan baik di mata warganya maupun warga bangsa lain. Hal itu dapat dimulai dari lingkungan terkecil di sekitar kita.

Atau setidak-tidaknya, sikap ini kita lakukan sebagai “warisan” bagi anak-cucu kita secara langsung, dengan tidak mengulangi lagi hal “memalukan” di atas! (*) Dari http://www.jurnaltenismeja.com

Polsek Pondok Suguh Diserang Massa


17feb copyMUKOMUKO – Aksi kerusuhan massa yang terjadi di Pandeglang dan Temanggung, akhirnya merembet ke Bengkulu. Sekitar pukul 21.30 WIB tadi malam, ribuan massa dari Desa Pondok Suguh, Pondok Kandang dan desa tetangga terdekat menyerang kantor Polsek Pondok Suguh.  

Amarah massa ini dipicu dugaaan salah seorang anggota Polsek Pondok Suguh melakukan penganiayaan terhadap salah seorang warga desa tersebut Randi, seorang pelajar warga Pondok Suguh. Penyerangan ke Kantor Polsek Pondok Suguh ini karena usaha perdamaian secara kekeluargaan tidak tercapai. Rencananya oknum anggota polisi bersama keluarga Randi akan melakukan perdamaian kemarin malam di rumah Randi namun oknum polisi tersebut tidak sampai. Sehingga warga berduyun-duyun datang ke Mapolsek. Tanpa dikomandoi warga melempar kaca Polsek Pondok Suguh pecah diamuk massa. Sampai berita ini diturunkan konsentrasi massa masih berkumpul di Makopolsek Pondok Suguh.

Salah seorang warga yang hadir di tempat tersebut Sapii membenarkan kejadian ini. “Ya memang seharusnya malam ini (tadi malam, red) digelar perdamaian. Namun tidak jadi sehingga nampaknya tanpa dikomandoi warga datang ke Mako polsek,” terangnya.

Sebelumnya puluhan warga Pondok Suguh Rabu (16/2) pagi mendatangi Polsek Pondok Suguh. Mereka ingin menanyakan tentang dugaan penganiayaan yang dialami oleh Randi. Sehingga saat ini Randi mengalami sakit dan tergeletak lemas di rumahnya. Sudah dua kali berobat namun kondisi Randi yang sulit makan ini susah disembuhkan. Kejadian ini diterima Randi pada saat Polsek Pondok Suguh melakukan Razia knalpot racing di jembatan desa setempat pada (5/2) pukul 23.00 WIB. Selain Randi ada rekannya yang lain yakni Gun dan Dedi warga Desa Tunggang. Kendaraan ketiga pemuda ini menggunakan knalpot racing dan sedang menenggak minuman keras di jembatan.

Namun sayangnya, pagi kemarian warga tidak bertemu dengan petinggi Polsek Pondok Suguh, sehingga akhirnya warga pulang ke rumah masing-masing. Setelah diberikan penjelasan oleh tokoh masyarakat setempat. Menurut warga setempat Wal Afiat menjelaskan bahwa warga yang datang ke Polsek ingin menanyakan tentang dugaan penganiayaan tersebut. Memang kuat dugaan telah terjadi penganiayaan sebab saat itu Randi mengalami beberapa luka memar, seperti di bibir dan bagian muka lainnya. Yang menjadi kendala adalah Randi mengalami sakit diperutnya. Sehingga tampak lemah dan tidak mau makan. “Kami datang ke Mapolsek tadi hanya untuk menanyakan masalah itu saja. Kami ingin meminta kejelasannya apa benar atau tidak,” terangnya.

Wal Afiat pun menjelaskan bahwa Randi sudah diambil fisum terkait luka yang dialaminya. Mengapa baru mencuat sekarang? wal Afiat menyatakan bahwa Randi yang sakit baru-baru ini ditanyakan oleh orang tuanya mengaku jika telah mendapatkan perlakuan kasar. Sehingga hal ini perlu dikonfirmasikan balik kebenarannya. “Kami hanya ingin menanyakan jika benar terjadi sebatas mana pertanggung jawaban oknum aparat itu. Saat ini Randi sudah dua kali berobat namun tak juga kunjung sembuh,” terangnya.

Sementara itu salah seorang warga Sapii pun ikut membenarkan keramaian di Kantor Mapolsek Pondok Suguh. Dikatakan oleh Sapii bahwa warga ingin bertemu dengan polisi untuk menanyakan dugaan penganiayaan tersebut. Dikatakan juga bahwa Randi saat ini tengah sakit. Sudah dua minggu ini tidak mau makan.

Sementara itu Kepala Puskesmas Pondok Suguh dr. Wilson Marpaung mengatakan Randi diantar oleh orang tuanya menghadap padanya untuk visum baru Selasa malam pukul 21.00 WIB. Randi hanya mengatakan jika dia dipukul sekitar dua minggu lalu di salah satu jembatan. Namun tidak mengatakan secara rinci pemukul itu oknum aparat. “Memang dia ada datang, dan saya jelaskan bahwa kejadian yang lama jadi susah untuk diambil visumnya,” terang Wilson.

1 Motor Polisi Dibakar

Informasi yang dihimpun RB tadi malam, massa sempat membakar satu unit motor milik salh seorang anggota Polsek Pondok Suguh yang terparkir di halaman Mapolsek. Tapi belum diketahui, siapa pemilik motor tersebut. Yang jelas, motor tersebut menjadi sasaran amuk massa yang terlanjur emosi.

Sekitar pukul 00.00 WIB dinihari tadi, massa secara perlahan sudah membubarkan diri dan meninggalkan lokasi. Begitu juga dengan anggota kepolisian juga masih bertahan di lokasi dan mulai melakukan pembersihan puing-puing bangunan Polsek yang hancur karena dilempar massa.

Tampak bantuan personel dari Polres Mukomumo sejumlah 2 peleton atau lebih kurang 60 personel dipimpin Waka Polres Kompol Teguh K, S.Ik bersama perwira lainnya, Kasat Reskrim AKP Laba Meliala, S.Ik, Kasat Lantas AKP Rudy Silaen, S.Ik dan Kabag Ops Kompol Yeyen Lesmana, S.Ik serta Kasat Intel Iptu Yun Iswandi telah tiba di Mapolsek Pondok Suguh. Mereka datang menumpangi 1 truk dalmas, 2 mobil patroli L200 Strada dobel garden, dan 1 bus berangkat dari Polrea Mukomuko sekitar pukul 22.00 WIB tadi malam.

Pantauan RB, kendati massa sudah membubarkan diri, seluruh personel polisi yang diturunkan di Mapolsek Pondok Suguh tampak siaga dengan senjata lengkap. Terlihat kondisi bangunan Mapolsek rusak berat. Seluruh kaca pecah, atap bolong-bolong. Begitu pun pagar Mapolsek dari kayu, roboh.

Bara api masih terlihat dari sepeda motor bebek milik anggota polisi yang hanya tinggal kerangkanya itu. Tampaknya massa sempat merangsek masuk hingga ke dalam Mapolsek. Sementara anggota polisi yang tetap bertahan saat amuk massa merangsek masuk tak mampu berbuat banyak karena jumlah massa begitu banyak. Sejauh ini tak ada polisi yang terluka atau warga yang terlibat perusakan diamankan.

Begitu pun 4 tahanan pencurian buah sawit milik PT Agromuko Bunga Tanjung Estatet yang ditahan sejak 4 hari lalu masih berada di tahanan.

Belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait kerugian yang diakibatkan amuk massa serta penyebab pasti pemicu amuk massa serta pihak-pihak yang dicurigai menggerakkan massa atau memungkinkan memprovokasi massa hingga berbuat anarkis.(del)

http://harianrakyatbengkulu.com