Oleh: H. Awhan Satriyo, SE, MM
Ketua Umum Pengkab PTMSI Sukoharjo/
Pembina PTM Mitra Kusuma Sukoharjo
ADA pameo: “Sangat sulit mengalahkan USA di bola basket, sangat sulit mengalahkan Brazil di sepakbola, dan sangat sulit mengalahkan China di tenis meja.” Pertanyaannya: mengapa?
Khusus China dengan tenis mejanya, mengapa mereka bisa memiliki pemain handal yang selalu berprestasi? Mengapa dunia bisa mereka genggam lewat tenis meja?
Jawabannya sederhana, karena China memiliki pola pembinaan yang baik ditunjang kompetisi yang baik pula serta didukung iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang mumpuni.
Disadari atau tidak, sampai sekarang di level antar negara, seakan kita hanya terperangah, mengagumi kehebatan prestasi China. Bahkan seperti tak heran, jika pemain timnas kita, pernah dipermalukan dengan angka 0 oleh pemain kelas ayam sayur mereka dalam suatu kejuaraan terbuka di Surabaya beberapa waktu lalu.
China telah mengembangkan pola pembinaan tenis meja terbaik di dunia sejak 1940an. Pada 1950an sampai sekarang menguasai kejuaraan dunia dan kompetisi tingkat dunia. Pola pembinaan yang diterapkan adalah, perekrutan pemain usia dini dimulai sejak usia 6 tahun, dengan dukungan dan dorongan orang tua sepenuhnya, dimasukkan sekolah-sekolah umum dan dari sana dilakukan penggemblengan minat dan bakat. Selepas itu mereka yang berbakat dimasukkan ke klub. Pola pembinaan di sini lebih keras dan komprehensif, meliputi latihan fisik, tehnik dan mental bertanding. Pelatih dan psikolog ataupun minimal pelatih yang dibekali ilmu psikologi pun tersedia untuk membantu membentuk kharakter pemain. Pola pembinaan diberlakukan standardisasi, sehingga pola dasar dapat dienyam masing-masing pemain dengan baik dan benar di seluruh China. Penekanan fisik, seperti penguatan otot kaki, lengan, gerakan refleks, dan ”body language” telah ditanamkan sejak awal. Pola standarisasi ini selalu dievaluasi dan disempurnakan setiap tahun oleh kementrian olahraga.
Maka tak heran, memasuki usia yunior, para talenta-talenta muda ini mulai menguasai turnamen-turnamen tingkat regional dan internasional. Pemain seperti Wang Hao, Wang Liqin, Ma Long, Zhang Jike, Ma Lin adalah penghuni peringkat 10 besar dunia dan bahkan di sektor putri pada satu generasi Liu Shiwen, Guo Yan dan Ding Ning menempati ranking 5 besar dunia ditambah Li Xiaoxia dan Guo Yue termasuk dalam 10 besar dunia, para pemain ini mulai pegang bet usia 6 tahun, memasuki usia 15-17 tahun mereka sudah masuk timnas China.
Selain itu, kompetisi juga turut membentuk kematangan bertanding atlet. Kompetisi di China diciptakan sedemikian ketatnya, seperti liga antar provinsi dan kejuaraan-kejuaraan domestik yang terselenggara secara kontinyu.
Anda bisa membayangkan di sebuah negara dengan penduduk 1,3 miliar, menurut Surat Kabar Harian Shanghai Daily, terdapat 10 juta orang bermain dalam kompetisi secara teratur. Mereka adalah pemain-pemain yang bermain dan berkompetisi secara serius pada level klub dan terbagi dalam berbagai kelompok umur. Hal ini belum termasuk yang bermain pada ”tarkam”. Stok pemain tidak akan ada habisnya.
Pemusatan latihan tim nasional merekrut 96 atlet, terdiri dari 24 atlet senior putra dan 24 atlet senior putri, 24 atlet yunior putra dan 24 atlet yunior putri. Mereka akan selalu bertanding dan dievaluasi. Mereka yang tidak berkembang akan didegradasi dan diganti dengan pemain di bawahnya. Kejuaraan ITTF Pro Tour, kejuaraan-kejuaraan terbuka, dan ajang olahraga multieven seperti Asian Games dan Olimpiade akan selalu menjadi tolok ukur.
Maka ketika pada Asian Games Guangzhou belum lama ini China tetap merajai baik pada sektor putra maupun putri, hal itu tidak membuat kita kaget. (*) dari http://www.jurnaltenismeja.com